Rabu, 29 Juli 2009

sejarah pangean

Rengat-Tanggal 5 Januari 1949 sekitar jam sepuluh pagi, Pasukan Payung Belanda mendarat di Rengat. Belanda mendapat perlawanan dari rakyat seadanya, sehingga Belanda tidak mendapat perlawanan yang berarti dan berhasil menduduki Rengat. Lalu Belanda menyusun strategi untuk menguasai kawasan disekitaran Rengat, salah satunya Pangean.

Maka pada tanggal 25 Januari 1949, bertempat di Balai Adat Koto Tinggi Pangean yang diprakarsai oleh Ja’far Thaher selaku wali militer bersama Pemuka Adat, Cerdik-Pandai, Alim Ulama, Pemuda, Dukun, dan Guru-guru Silat Pangean. Maka dari hasil musyawarah mupakat itu terbentuklah kesatuan Gerilya Pangean dengan nama Elang Pulai.

Menurut sejarah, Elang Pulai adalah seekor burung elang yang keramat, bersarang di puncak sebatang kayu bernama Pulai yang tumbuh di Ujung Taye (tempat yang dikeramatkan masyarakat pangean, sebab ditempat itu terpendamnya para guru-guru silat pangean). Setiap pasukan Elang Pulai yang akan diberangkatkan ke medan perang, maka berziarah terlebih dahulu ke Ujung Taye.

Tanggal 1 maret 1949 pertama kalinya pasukan Elang Pulai turun ke medan tempur, berangkat menuju Kelayang dipimpin oleh Onur Bungkuk dengan sembilan orang anggota.

Tanggal 5 Maret 1949, pasar Cerenti diduduki Belanda dan Pulau Panjang Inuman menjadi front pertahanan kita. Pertengahan bulan maret 1949 semua pasukan dari nagori serantau kuantan; Pasukan Gajah Putih dari Simandolak, Harimau Rimba dari Toar, Halilintar dari Gunung, Tabah Hati dari Lubuk Jambi, Harimau belukar dari Lubuk Ambacang, berangkat menuju front pertahanan tersebut.

Tanggal 19 Maret 1946 pasukan Elang Pulai dipimpin oleh Harun Haban dan Intan Judin dengan 30 anggota ditambah dengan 40 orang penduduk. Diberangkatkan dari Surai Godang teluk Pauh Pangean. Dilepas oleh pemuka-pemuka masyarakat termasuk urang padek-padek.

ARTI LAMBANG PANGEAN


ARTI LAMBANG PANGEAN
1. Pedang dan perisai Lambang patriotisme rakyat Pangean dalam membela nagori dari ancaman dan gangguan keamanan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. 2. Burondo Lambang kebesaran kesenian dan kebudayaan Pangean; juga melambangkan perpaduan empat persukuan Pangean, persaudaraan dan bersatu dalam kesatuan Republik Indonesia 3. Dua kaki payung Keseimbangan rohani dan jasmani dalam sifat kepemimpinan nagori yang selalu melindungi rakyat Pangean 4. Tiga lekukan yang terdapat pada ujung-pangkal sayap burondo Simbol tiga unsur pegangan hidup masyarakat Pangean: Adat - Syarak - Kitabullah 5. Balai adat Simbol adanya pertemuan pemuka adat, agama dan pemuka masyarakat lainnya pada tempat tertentu dengan waktu dan acara tertentu pula 6. Kubah masjid, bintang, dan mata angin Simbol agama Islam yang dianut mayoritas masyarakat Pangean Pengertian Warna 1. Warna dasar kuning berarti kebesaran, demokrasi, musyawarah, dan mufakat 2. Huruf "Pangean", mata angin warna putih berarti kesucian dan ketaatan menjalankan syariat Islam 3. Segi empat panjang dan bulan bintang warna hitam bermakna ketabahan dan keuletan 4. Burondo dan balai adat berwarna hijau berarti kesetiaan terhadap nagori 5. Perisai, pedang, payung, kubah masjid, dan garis pinggir segi lima warna coklat berarti warisan budaya